Indonesia adalah salah satu Negara di dunia yang terkenal memiliki
banyak bangunan bersejarah. Namun, kerap kali masyarakat Indonesia tidak
terlalu peduli dengan peninggalan sejarah tersebut. Salah satunya
adalah Candra Naya. Yaitu salah satu tempat wisata di Jakarta yang luput
dari perhatian masyarakat.
Candra Naya adalah sebuah bangunan cagar budaya yang ada di Jakarta. Tempat wisata di Jakarta ini terletak di komplek Green Central City atau tepatnya di Jalan Gajah Mada 188. Bangunan yang kini telah terkepung oleh gedung-gedung bertingkat ini adalah salah satu cagar budaya peninggalan sejarah etnis Tionghoa di Batavia.
Bangunan ini adalah bangunan peninggalan seorang tuan tanah berdarah Tionghoa yang bernama Khouw Tian Sek. Bangunan ini diperkirakan berdiri pada tahun 1807 sebagai bentuk untuk perayaan kelahiran anaknya.
Bangunan ini akhirnya jatuh ke tangan anaknya yang bernama Khouw Tjeng Tjoan setelah Khouw Tian Sek meninggal dunia. Ditangan anaknya tersebut, bangunan utama ia ubah menjadi kantor dan bagian belakangnya dijadikan sebagai tempat ia tinggal. Namun, akhirnya kepemilikan berpindah ke tangan anak lainnya yang bernama Khouw Kim An. Khouw Kim An yang menjabat sebagai mayor Tionghoa pun bertugas untuk mengurusi kepentingan etnis mereka. Namun, ia ditangkap oleh Belanda dan akhirnya wafat.
Nama bangunan ini sendiri awalnya bernama Tjandra Naja setelah sempat disewa oleh Perhimpunan Sosial Sin Ming Hui. Selain itu, bangunan ini awalnya sempat ingin dipindahkan di TMII. Namun, keputusan tersebut ditentang oleh banyak orang. Hingga akhirnya, bangunan yang telah menjadi saksi bisu sejarah Indonesia ini dipugar dan diselamatkan menjadi bagian dari komplek hunian dan komersial terpadu Green Central City (GCC).
Candra Naya adalah sebuah bangunan cagar budaya yang ada di Jakarta. Tempat wisata di Jakarta ini terletak di komplek Green Central City atau tepatnya di Jalan Gajah Mada 188. Bangunan yang kini telah terkepung oleh gedung-gedung bertingkat ini adalah salah satu cagar budaya peninggalan sejarah etnis Tionghoa di Batavia.
Bangunan ini adalah bangunan peninggalan seorang tuan tanah berdarah Tionghoa yang bernama Khouw Tian Sek. Bangunan ini diperkirakan berdiri pada tahun 1807 sebagai bentuk untuk perayaan kelahiran anaknya.
Bangunan ini akhirnya jatuh ke tangan anaknya yang bernama Khouw Tjeng Tjoan setelah Khouw Tian Sek meninggal dunia. Ditangan anaknya tersebut, bangunan utama ia ubah menjadi kantor dan bagian belakangnya dijadikan sebagai tempat ia tinggal. Namun, akhirnya kepemilikan berpindah ke tangan anak lainnya yang bernama Khouw Kim An. Khouw Kim An yang menjabat sebagai mayor Tionghoa pun bertugas untuk mengurusi kepentingan etnis mereka. Namun, ia ditangkap oleh Belanda dan akhirnya wafat.
Nama bangunan ini sendiri awalnya bernama Tjandra Naja setelah sempat disewa oleh Perhimpunan Sosial Sin Ming Hui. Selain itu, bangunan ini awalnya sempat ingin dipindahkan di TMII. Namun, keputusan tersebut ditentang oleh banyak orang. Hingga akhirnya, bangunan yang telah menjadi saksi bisu sejarah Indonesia ini dipugar dan diselamatkan menjadi bagian dari komplek hunian dan komersial terpadu Green Central City (GCC).
Kini, tempat wisata di Jakarta tersebut berada di sekeliling bangunan tinggi khas Kota Metropolitan Jakarta. Pada bagian depan bangunan berdiri Hotel Novotel, bagian belakangnya berdiri apartemen tinggi. Sehingga keindahan dari bangunan dengan ciri khas sentuhan Tiongkok yakni warna merah menjadi tersembunyi.
Pada sisi kiri bangunan ini juga terdapat sebuah restoran peranakan. Sehingga, jika Anda telah puas melihat sejarah yang terlihat di dalam bangunan tersebut, Anda bisa memuaskan isi perut Anda di restoran ini.
Meski merupakan bangunan sejarah yang terlupakan, bukan berarti bangunan ini tidak terawat dan terlihat kotor. Bangunan ini justru cukup terjaga kebersihannya. Selain itu, keamanannya pun terjaga karena keamanan kerap kali melintasi bangunan ini. Anda juga tak perlu khawatir mengenai biaya masuk dari bangunan ini. Karena, berwisata di Candra Naya ini tidaklah dipungut biaya sama sekali atau gratis. Jadi, tunggu apalagi?
Pada sisi kiri bangunan ini juga terdapat sebuah restoran peranakan. Sehingga, jika Anda telah puas melihat sejarah yang terlihat di dalam bangunan tersebut, Anda bisa memuaskan isi perut Anda di restoran ini.
Meski merupakan bangunan sejarah yang terlupakan, bukan berarti bangunan ini tidak terawat dan terlihat kotor. Bangunan ini justru cukup terjaga kebersihannya. Selain itu, keamanannya pun terjaga karena keamanan kerap kali melintasi bangunan ini. Anda juga tak perlu khawatir mengenai biaya masuk dari bangunan ini. Karena, berwisata di Candra Naya ini tidaklah dipungut biaya sama sekali atau gratis. Jadi, tunggu apalagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar